Broker Regulasi Offshore: Risiko, Kelebihan, dan Perbandingan

Dunia trading dan investasi menawarkan berbagai peluang menarik, namun juga penuh dengan risiko. Salah satu elemen penting yang sering kali diabaikan oleh trader, terutama pemula, adalah regulasi broker. Regulasi berfungsi sebagai kerangka kerja yang dirancang untuk melindungi investor dan memastikan integritas pasar. Otoritas regulasi di berbagai negara menetapkan aturan ketat terkait permodalan, keamanan dana klien, transparansi operasional, dan penyelesaian sengketa.

Broker yang beroperasi di bawah pengawasan regulator terkemuka (sering disebut regulator ‘Tier 1’) seperti Financial Conduct Authority (FCA) di Inggris, Australian Securities and Investment Commission (ASIC) di Australia, atau Cyprus Securities and Exchange Commission (CySEC) di Siprus, diwajibkan mematuhi standar yang sangat tinggi. Standar ini mencakup persyaratan modal yang signifikan dan perlindungan dana klien yang ketat.

Namun, tidak semua broker beroperasi di bawah payung regulasi ketat semacam itu. Ada kategori broker yang dikenal sebagai broker ‘regulasi offshore’. Broker ini terdaftar dan mungkin memiliki lisensi di yurisdiksi lepas pantai yang persyaratan regulasinya cenderung lebih ringan. Yurisdiksi seperti St. Vincent and the Grenadines (SVG) adalah contoh yang sering muncul dalam konteks ini.

Memahami apa itu regulasi broker offshore, bagaimana cara kerjanya, mengapa beberapa trader tertarik padanya, serta risiko yang terkait adalah kunci untuk membuat keputusan trading yang cerdas dan terinformasi. Artikel ini bertujuan untuk mengupas tuntas seluk-beluk regulasi broker offshore secara objektif, menyoroti peran, keterbatasan, daya tarik, dan bahayanya bagi para trader dan investor.

Memahami Broker Regulasi Offshore

Istilah “offshore” secara harfiah berarti “lepas pantai” dan dalam konteks keuangan merujuk pada pusat keuangan atau negara yang menawarkan perlakuan pajak khusus atau kerangka regulasi yang berbeda dibandingkan dengan pusat keuangan utama yang lebih mapan. Ketika kita berbicara tentang broker regulasi offshore, kita merujuk pada perusahaan pialang yang didirikan dan terdaftar di negara-negara lepas pantai tersebut.

Broker sering memilih yurisdiksi offshore karena beberapa alasan utama:

Biaya Operasional yang Lebih Rendah: Yurisdiksi offshore seringkali memiliki biaya pendaftaran dan kepatuhan regulasi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki regulator Tier 1. Ini memungkinkan broker untuk mengurangi beban biaya operasional mereka, yang secara teori bisa berdampak pada biaya trading yang lebih kompetitif.

Persyaratan Modal yang Lebih Rendah: Regulator offshore umumnya menetapkan persyaratan modal minimum yang jauh lebih rendah bagi broker dibandingkan regulator Tier 1. Hal ini mempermudah perusahaan baru untuk memulai bisnis broker tanpa harus memiliki modal awal yang sangat besar.

Fleksibilitas Operasional dan Penawaran: Aturan yang kurang ketat memberikan broker lebih banyak fleksibilitas dalam operasional, seperti menawarkan leverage tinggi kepada klien ritel atau menyediakan akses ke instrumen trading tertentu yang mungkin dibatasi di yurisdiksi yang lebih ketat.

Proses Pendaftaran yang Lebih Cepat dan Mudah: Proses untuk mendapatkan lisensi atau pendaftaran di yurisdiksi offshore seringkali lebih cepat dan birokrasinya lebih sedikit.

Penting untuk dicatat bahwa memiliki “lisensi broker offshore” atau “regulasi finansial offshore” dari yurisdiksi tertentu tidak secara otomatis berarti broker tersebut ilegal atau scam. Namun, sifat dan cakupan regulasi tersebutlah yang membedakannya secara signifikan dari regulasi di negara-negara dengan sistem keuangan yang lebih ketat.

Fungsi dan Batasan Regulator Offshore: Kasus SVG dan St. Vincent

St. Vincent and the Grenadines (SVG) adalah salah satu yurisdiksi offshore yang paling sering disebutkan dalam konteks pendaftaran broker forex dan CFD. Otoritas yang sering disebut adalah Financial Services Authority (FSA) SVG. Namun, sangat penting untuk memahami peran dan batasan FSA SVG dalam mengawasi aktivitas broker finansial.

Di banyak yurisdiksi offshore, termasuk SVG, “regulasi” yang diperoleh oleh broker seringkali lebih merupakan pendaftaran sebagai Badan Usaha Bisnis Internasional (International Business Company – IBC) atau bentuk perusahaan serupa, daripada lisensi yang secara spesifik dan ketat mengatur aktivitas pialang sekuritas, forex, atau derivatif.

Ini berarti, meskipun sebuah perusahaan terdaftar di bawah FSA SVG (atau otoritas serupa di yurisdiksi offshore lainnya seperti Vanuatu, Belize, atau beberapa negara Karibia lainnya), pendaftaran tersebut mungkin hanya mengizinkan perusahaan tersebut untuk beroperasi sebagai badan usaha di yurisdiksi tersebut. Pendaftaran tersebut tidak otomatis memberikan kewenangan kepada FSA SVG untuk mengawasi secara mendalam operasional trading, memastikan keamanan dana klien, atau terlibat dalam penyelesaian sengketa antara broker dan kliennya di luar kerangka hukum komersial umum.

Batasan Utama Kewenangan Regulator Offshore (Contoh SVG FSA):

  • Kurangnya Pengawasan Aktivitas Trading Inti: FSA SVG, misalnya, tidak memiliki mandat untuk secara ketat mengawasi aktivitas trading broker, seperti eksekusi order, penentuan harga, atau praktik dealing desk. Pengawasan mereka lebih terfokus pada kepatuhan perusahaan terhadap hukum perusahaan lokal dan administrasi badan usaha.
  • Tidak Ada Mandat untuk Pemisahan Dana Klien (Segregation): Salah satu pilar utama regulasi Tier 1 adalah kewajiban broker untuk menyimpan dana klien di rekening bank terpisah (segregated accounts) yang berbeda dari dana operasional broker. Ini memastikan bahwa jika broker mengalami kebangkrutan, dana klien terlindungi dan tidak dapat digunakan untuk membayar utang perusahaan. Di banyak yurisdiksi offshore, persyaratan ini tidak wajib atau tidak ditegakkan secara ketat. Dana klien mungkin bercampur dengan dana operasional broker (mingled accounts), yang sangat meningkatkan risiko kerugian dana jika broker bangkrut atau bermasalah.
  • Tidak Ada Skema Kompensasi Investor: Regulator Tier 1 sering kali mewajibkan broker untuk berkontribusi pada skema kompensasi investor (seperti Financial Services Compensation Scheme – FSCS di Inggris atau ICF di Siprus). Skema ini memberikan jaring pengaman finansial bagi investor hingga jumlah tertentu jika broker mereka gagal atau bangkrut. Yurisdiksi offshore umumnya tidak memiliki skema perlindungan dana serupa, yang berarti dana klien berisiko penuh jika broker kolaps.
  • Kurangnya Transparansi dan Pelaporan Publik: Broker yang diregulasi secara ketat diwajibkan untuk melakukan audit eksternal secara teratur dan melaporkan kondisi keuangan mereka kepada regulator dan terkadang mempublikasikannya. Ini memungkinkan pengawasan publik dan regulator terhadap kesehatan finansial broker. Broker offshore seringkali tidak memiliki kewajiban transparansi dan pelaporan seketat itu, menyulitkan trader untuk menilai stabilitas finansial mereka.
  • Proses Penyelesaian Sengketa yang Minim: Regulator Tier 1 biasanya menyediakan mekanisme penyelesaian sengketa yang independen dan mudah diakses bagi trader jika mereka memiliki masalah dengan broker (misalnya, Ombudsman Layanan Keuangan). Di yurisdiksi offshore, mekanisme serupa seringkali tidak ada atau sangat terbatas. Trader mungkin harus menempuh jalur hukum di yurisdiksi broker terdaftar, yang bisa sangat mahal, memakan waktu, dan rumit secara internasional.

Dengan demikian, meskipun sebuah broker mungkin mengklaim memiliki “lisensi” dari yurisdiksi seperti SVG, trader harus memahami bahwa lisensi tersebut kemungkinan besar memiliki cakupan yang sangat terbatas dalam hal perlindungan investor dibandingkan dengan lisensi dari regulator yang lebih mapan. Ini adalah perbedaan mendasar antara “regulasi offshore” dan “regulasi Tier 1”. Broker tanpa regulasi yang ketat, atau hanya memiliki pendaftaran bisnis di yurisdiksi offshore, secara inheren memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi bagi kliennya.

Mengapa Trader Tertarik: Kelebihan Broker Regulasi Offshore

Meskipun memiliki keterbatasan signifikan dalam hal perlindungan investor, broker regulasi offshore tetap menarik bagi sebagian kalangan trader. Daya tarik utama ini seringkali berasal dari penawaran spesifik yang mungkin tidak tersedia atau dibatasi oleh broker dengan regulasi yang lebih ketat.

Daya Tarik Utama Broker dengan Regulasi Offshore:

  • Penawaran Leverage Tinggi: Ini mungkin adalah daya tarik terbesar, terutama bagi trader yang menggunakan strategi dengan potensi profit besar namun juga risiko yang sepadan. Regulator Tier 1 (seperti di Eropa, Australia) telah memberlakukan batasan leverage yang ketat (misalnya, 1:30 untuk pasangan mata uang mayor bagi trader ritel di Eropa) untuk mengurangi risiko. Broker offshore tidak terikat oleh aturan ini dan seringkali menawarkan leverage hingga 1:500, 1:1000, atau bahkan lebih tinggi. Broker leverage tinggi memungkinkan trader mengendalikan posisi yang jauh lebih besar dengan modal yang relatif kecil, yang berarti potensi keuntungan (dan kerugian) yang diperbesar.
  • Proses Pembukaan Akun yang Mudah dan Cepat: Karena persyaratan “Kenali Klien Anda” (Know Your Customer – KYC) dan “Anti Pencucian Uang” (Anti-Money Laundering – AML) di yurisdiksi offshore cenderung kurang ketat, proses pendaftaran akun di broker offshore seringkali lebih mudah, cepat, dan membutuhkan dokumentasi yang minimal dibandingkan broker yang diregulasi ketat.
  • Akses ke Berbagai Instrumen: Beberapa broker offshore mungkin menawarkan akses ke berbagai macam instrumen trading, termasuk aset kripto, yang mungkin masih dalam proses regulasi di yurisdiksi yang lebih mapan.
  • Potensi Biaya yang Lebih Kompetitif: Karena biaya kepatuhan dan persyaratan modal yang lebih rendah, beberapa broker offshore secara teoritis dapat menawarkan spread atau komisi yang sedikit lebih kompetitif. Namun, ini tidak selalu terjadi dan sangat bervariasi antar broker; trader tetap perlu membandingkan dengan cermat.

Daya tarik ini membuat sebagian trader bersedia mengambil risiko lebih tinggi demi potensi keuntungan yang lebih besar atau kemudahan akses.

Risiko Signifikan Menggunakan Broker Regulasi Offshore

Di sisi lain, daya tarik tersebut datang dengan risiko yang signifikan, yang menjadi kelemahan utama regulasi offshore dan harus menjadi pertimbangan serius bagi setiap trader:

Kelemahan Utama dan Risiko Spesifik Bertrading dengan Broker Offshore:

  • Tingkat Perlindungan Investor yang Rendah atau Tidak Ada: Seperti dijelaskan sebelumnya, tidak adanya kewajiban pemisahan dana klien dan skema kompensasi investor berarti jika broker bangkrut, nakal, atau mengalami masalah operasional, dana Anda berisiko penuh. Keamanan dana di broker offshore jauh lebih rendah dibandingkan di broker yang diregulasi Tier 1.
  • Kesulitan Penyelesaian Sengketa: Jika Anda memiliki masalah serius dengan broker (misalnya, masalah eksekusi order yang merugikan, kesulitan penarikan dana, atau perselisihan klaim bonus), mekanisme penyelesaian sengketa independen sangat minim atau tidak ada. Menempuh jalur hukum di yurisdiksi offshore broker terdaftar seringkali tidak praktis, sangat mahal, dan memakan waktu lama bagi trader individu, apalagi secara lintas negara.
  • Potensi Penipuan Broker Offshore yang Lebih Tinggi: Kurangnya pengawasan yang ketat oleh regulator yang kredibel membuat yurisdiksi offshore menjadi target empuk bagi oknum atau perusahaan yang berniat melakukan penipuan. Model bisnis skema ponzi, manipulasi platform trading, atau menghilang dengan dana klien lebih mudah dilakukan di bawah payung regulasi yang lemah. Risiko penipuan broker offshore adalah kekhawatiran serius yang tidak bisa diabaikan.
  • Kurangnya Transparansi Operasional: Informasi tentang kesehatan finansial broker, struktur kepemilikan, dan praktik operasional seringkali tidak tersedia atau sulit diverifikasi oleh publik. Ini menyulitkan trader untuk menilai stabilitas dan kredibilitas broker sebelum menyetor dana.
  • Risiko Solvabilitas Broker: Dengan persyaratan modal yang rendah dan pengawasan finansial yang minim, broker offshore mungkin memiliki bantalan finansial yang lebih tipis untuk menyerap kerugian besar di pasar atau masalah operasional internal. Hal ini meningkatkan risiko kebangkrutan mendadak yang dapat membekukan atau menghilangkan dana klien.
  • Kekhawatiran Legal dan Pajak di Negara Asal Anda: Bergantung pada negara tempat tinggal Anda, berurusan dengan broker yang tidak memiliki lisensi di negara Anda atau di yurisdiksi yang diakui oleh regulator lokal dapat menimbulkan masalah legal dan kewajiban pajak yang rumit.

Singkatnya, meskipun leverage tinggi dan kemudahan akses mungkin menarik, risiko broker offshore terkait keamanan dana, penyelesaian sengketa, dan potensi penipuan adalah pertimbangan yang sangat serius yang harus dipahami sepenuhnya oleh trader. Potensi keuntungan yang lebih besar harus diimbangi dengan pemahaman mendalam tentang risiko kerugian total dana.

Perbandingan Langsung: Regulasi Broker Offshore vs. Regulasi Tier 1

Untuk lebih memahami implikasi regulasi offshore, mari kita bandingkan secara langsung dengan regulasi yang dianggap ‘Tier 1’ (tingkat atas) seperti yang dikeluarkan oleh FCA (Inggris), ASIC (Australia), CySEC (Siprus), NFA/CFTC (Amerika Serikat), BaFin (Jerman), dll. Perbandingan ini akan menyoroti perbedaan fundamental dalam tingkat pengawasan dan perlindungan yang diberikan.

Berikut adalah perbandingan aspek-aspek kunci:

Aspek Regulasi Offshore (Contoh: SVG, St. Vincent) Regulasi Tier 1 (Contoh: FCA, ASIC, CySEC)
Otoritas Regulator Otoritas lokal yang seringkali fokus pada pendaftaran badan usaha (misalnya, FSA SVG). Mandat pengawasan finansial dan perlindungan investor sangat terbatas. Otoritas finansial nasional dengan mandat luas dan kuat untuk melindungi investor dan mengawasi integritas pasar (misalnya, FCA, ASIC, CySEC).
Persyaratan Modal Minimum Broker Sangat rendah, terkadang hanya beberapa ribu dolar AS untuk pendaftaran IBC. Jauh lebih tinggi, seringkali jutaan dolar AS, diwajibkan untuk memastikan broker memiliki stabilitas finansial dan kemampuan menghadapi volatilitas pasar.
Pemisahan Dana Klien (Fund Segregation) Biasanya tidak wajib atau tidak ditegakkan secara ketat. Dana klien seringkali bercampur dengan dana operasional broker (mingled accounts), meningkatkan risiko jika broker bangkrut. Wajib. Dana klien harus disimpan di rekening bank terpisah dari dana broker di lembaga keuangan besar, dilindungi dari klaim kreditur broker.
Skema Kompensasi Investor Tidak ada skema perlindungan dana resmi oleh regulator jika broker bangkrut atau gagal. Ada skema kompensasi/asuransi yang melindungi dana investor hingga jumlah tertentu jika broker gagal finansial, memberikan jaring pengaman.
Proses Penyelesaian Sengketa Mekanisme independen sangat terbatas atau tidak ada. Trader harus menempuh jalur hukum di yurisdiksi broker, yang mahal dan rumit. Ada mekanisme penyelesaian sengketa independen dan mudah diakses (misalnya, Financial Ombudsman Service) yang dapat membantu trader menyelesaikan masalah dengan broker secara gratis atau berbiaya rendah.
Batasan Leverage (untuk Klien Ritel) Sangat tinggi, seringkali 1:500, 1:1000, atau lebih, memungkinkan trader mengendalikan posisi besar dengan modal kecil, namun memperbesar potensi kerugian. Dibatasi secara ketat (misalnya, 1:30 di Eropa/Australia) untuk instrumen berisiko, dirancang untuk mengurangi risiko kerugian besar yang cepat bagi trader ritel.
Transparansi Operasional & Pelaporan Minim. Tidak ada kewajiban audit eksternal atau pelaporan finansial publik secara teratur. Informasi tentang kondisi finansial broker sulit didapat. Tinggi. Broker diwajibkan diaudit secara teratur dan melaporkan kondisi finansial mereka kepada regulator. Informasi ini seringkali dipublikasikan, memungkinkan trader menilai stabilitas broker.

Tabel ini dengan jelas menunjukkan perbedaan fundamental dalam tingkat pengawasan dan perlindungan konsumen yang ditawarkan oleh kedua jenis regulasi ini. Regulasi Tier 1 memberikan tingkat kepercayaan dan keamanan yang jauh lebih tinggi bagi trader dibandingkan regulasi offshore. Ini adalah perbedaan krusial yang harus dipahami sebelum memilih broker.

Strategi Mengevaluasi Broker Offshore: Langkah Waspada yang Harus Diambil

Mengingat risiko yang melekat pada broker regulasi offshore, kehati-hatian ekstrem diperlukan jika Anda tetap mempertimbangkan untuk menggunakannya. Karena perlindungan yang ditawarkan regulator terbatas, beban untuk melakukan riset mendalam atau due diligence sepenuhnya ada pada diri trader.

Berikut adalah langkah-langkah penting yang dapat Anda ambil untuk meminimalkan risiko:

  • Verifikasi Status Pendaftaran/Lisensi: Meskipun hanya pendaftaran badan usaha, pastikan broker memang terdaftar di otoritas terkait di yurisdiksi yang mereka klaim (misalnya, cek daftar perusahaan di situs web FSA SVG). Ini setidaknya menunjukkan keberadaan legal mereka di yurisdiksi tersebut, meskipun bukan jaminan keamanan finansial atau operasional.
  • Cari Ulasan dan Feedback Independen: Jangan hanya percaya pada klaim broker di situs web mereka. Cari ulasan dari sumber independen, forum trader, dan komunitas online. Perhatikan pola keluhan yang muncul berulang (misalnya, masalah penarikan, manipulasi harga, kesulitan komunikasi). Waspadai ulasan yang terlihat terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, terlalu umum, atau terkesan dibuat-buat.
  • Perhatikan Sejarah dan Reputasi Broker: Berapa lama broker sudah beroperasi? Apakah ada laporan serius tentang masalah besar atau dugaan penipuan di masa lalu? Broker dengan rekam jejak yang lebih panjang dan reputasi yang relatif bersih (walaupun di lingkungan offshore) mungkin sedikit lebih dapat dipercaya, tetapi ini tetap bukan jaminan mutlak.
  • Pahami Syarat dan Ketentuan Broker dengan Teliti: Baca dokumen hukum broker, terutama yang berkaitan dengan kebijakan penarikan dana, persyaratan bonus, penanganan sengketa, dan bagaimana dana klien dikelola. Klausa yang tidak jelas, membatasi hak Anda secara tidak wajar, atau menyembunyikan biaya bisa menjadi tanda bahaya serius.
  • Uji Layanan Pelanggan: Sebelum melakukan deposit besar, uji responsivitas dan kualitas layanan pelanggan mereka melalui berbagai saluran komunikasi yang disediakan. Jika sulit dihubungi, lambat merespons, atau memberikan jawaban yang tidak jelas/mengelak, ini bisa menjadi indikator masalah di kemudian hari, terutama saat Anda membutuhkan bantuan krusial.
  • Mulai dengan Deposit Kecil: Jika Anda memutuskan untuk mencoba broker offshore, pertimbangkan untuk memulai dengan deposit minimal yang diizinkan. Ini akan membatasi potensi kerugian finansial Anda secara signifikan jika broker ternyata tidak dapat dipercaya atau mengalami masalah operasional.
  • Manfaatkan Sumber Informasi yang Ada: Untuk membantu dalam proses riset dan perbandingan broker, platform independen yang menyediakan ulasan broker yang transparan dan mendalam bisa sangat membantu. Misalnya, platform seperti VIEWSFOREX menawarkan wawasan komprehensif tentang berbagai broker, mencakup biaya, fitur, dukungan pelanggan, kegunaan platform, dan yang terpenting, informasi terperinci tentang regulasi dan tingkat keamanan yang ditawarkan. Mengevaluasi broker berdasarkan kriteria objektif ini dapat membantu Anda membuat keputusan yang jauh lebih terinformasi. Platform ini memungkinkan Anda membandingkan berbagai broker forex, saham, dan kripto berdampingan, mengevaluasi mereka berdasarkan berbagai faktor termasuk status regulasi dan langkah-langkah keamanan yang mereka klaim miliki. Mengakses riset mendalam dan umpan balik pengguna dari sumber terpercaya adalah langkah krusial dalam pengambilan keputusan yang tepat saat mempertimbangkan broker offshore. Pelajari lebih lanjut bagaimana VIEWSFOREX dapat membantu riset broker Anda.

Melakukan riset mandiri yang cermat adalah tameng terbaik Anda saat berhadapan dengan broker yang memiliki pengawasan regulasi yang lemah. Jangan pernah mengandalkan sepenuhnya pada klaim broker itu sendiri.

Kesimpulan: Menimbang Pilihan Trading Offshore dengan Bijak

Regulasi broker offshore, terutama di yurisdiksi seperti SVG dan St. Vincent, menawarkan lingkungan yang sangat berbeda dari regulasi ketat yang diberlakukan oleh regulator di pusat keuangan utama (Tier 1). Broker yang beroperasi di bawah payung regulasi offshore seringkali dapat menawarkan daya tarik tertentu bagi trader, seperti leverage yang sangat tinggi, proses pendaftaran yang mudah dan cepat, serta akses ke berbagai instrumen.

Namun, sangat penting untuk memahami bahwa sekadar ‘diregulasi’ atau ‘terdaftar’ di yurisdiksi offshore tidak setara dengan tingkat perlindungan dan keamanan yang diberikan oleh regulator Tier 1. Peran regulator offshore seringkali terbatas pada pendaftaran dan kepatuhan hukum bisnis umum, bukan pengawasan ketat terhadap aktivitas finansial inti broker dan perlindungan dana investor secara spesifik.

Akibatnya, keterbatasan regulasi offshore ini menimbulkan risiko signifikan yang tidak bisa diabaikan, termasuk kurangnya kewajiban pemisahan dana klien (yang menempatkan dana Anda berisiko besar jika broker bangkrut), tidak adanya skema kompensasi investor, kesulitan besar dalam penyelesaian sengketa jika terjadi masalah, serta potensi penipuan broker offshore yang lebih tinggi akibat kurangnya pengawasan yang efektif.

Bagi trader dan investor, memilih broker adalah keputusan krusial yang berdampak langsung pada keamanan dana mereka. Jika Anda tertarik pada penawaran spesifik yang diberikan oleh broker offshore, Anda harus sepenuhnya memahami dan bersedia menerima risiko broker offshore yang terkait. Jangan pernah menginvestasikan dana yang Anda tidak mampu kehilangannya, terutama saat berhadapan dengan entitas yang memiliki pengawasan regulasi minimal dan perlindungan investor yang lemah.

Lakukan riset mendalam, manfaatkan sumber daya independen untuk memverifikasi informasi dan membaca ulasan, serta selalu utamakan keamanan dana Anda. Keputusan untuk menggunakan broker regulasi offshore haruslah pilihan cerdas dan terinformasi, dibuat dengan kesadaran penuh akan potensi bahaya yang menyertainya, dan bukan sekadar tergiur oleh penawaran leverage tinggi atau kemudahan pendaftaran.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top